Kukuhkan 1000 Petani Milenial, Hamengkubuwono X Buka Dialog dengan Petani Milenial Yogyakarta

Festival Lumbung Mataraman Tahun 2022 resmi dibuka langsung oleh Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Selasa (12/7). Pada kesempatan tersebut sekaligus dilaksanakan pengukuhan 1000 Petani Milenial serta Launching Buku Profil Petani Milenial DIY. Pengukuhan ini merupakan salah satu wujud komitmen Pemerintah DIY dalam mendukung pencapaian target Kementerian Pertanian untuk menumbuhkan 2,5 juta Petani Milenial pada tahun 2024 mendatang.

Regenerasi petani merupakan salah satu isu penting dalam pertanian, pasalnya estafet pembangunan pertanian kedepan akan dilanjutnkan oleh generasi milenial. Namun menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, untuk mewujudkan ketahanan pangan diperlukan sumberdaya manusia pertanian yang berkualitas, andal, serta berkemampuan manajerial, dan berjiwa kewirausahaan.

“Perlu adanya dukungan untuk memacu minat generasi milenial di bidang pertanian. Kita (Kementerian Pertanian) akan dukung penuh. Baik melalui pelatihan, pendidikan, penyuluhan, fasilitasi alat dan teknologi, hingga akses permodalan seperti KUR,” ujar SYL

Sementara Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan bahwa DI Yogyakarta dengan segala kekayaan alamnya berpotensi untuk mendukung ketahanan pangan nasional, “Ketahanan pangan di DIY itu tercukupi, karena kebutuhan pangan kita 670an ribu ton tapi produksi awal tahun kemarin diatas 980an ribu ton.”

Sejak zaman dulu masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta, Menurut Ngarso Dhalem sudah menerapkan tradisi pertanian “nandur opo sing dipangan lan mangan opo sing ditandur” untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Namun belakangan, kebutuhan pangan bukan hanya masalah kecukupan pasokan namun juga harus berkualitas dan kontinyu.

“Problem yang paling besar dalam pertanian yaitu standarisasi dan kontinyuitas produk, selanjutnya bagaimana petani milenial ini, dengan sentuhan teknologi bisa membangun pesanan yang kontinyu,” pesan Hamengkubuwono X.

Pada kesempatan tersebut, Sri Sultan juga mengenalkan dan mengajak petani milenial untuk memanfaatkan Aplikasi SI BAKUL yaitu aplikasi markethub bagi UMKM untuk meningkatkan dan memperluasa skala usahanya.

“Para milenial ini saya harap bisa mengambil alih pasar ini, seperti SI BAKUL itulah ada 4500 UMKM se-Indonesia yang muter disitu, itu juga bisa terjadi di sektor pangan. Bagaimana petani milenial bisa menciptakan pasar bagi produknya,” sambungnya.

Pada kesempatan tersebut juga dibuka dialog antara Kementerian Pertanian, Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta, dan Petani Milenial. Sejumlah petani milenial yang hadir memanfaatkan momen tersebut untuk menyampaikan gagasan dan aspirasinya terkait pembangunan pertanian di DI Yogyakarta. Salah satu Petani milenial yang curhat terkait usahanya yaitu Yuda dan Anjar, petani Milenial dari Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Keduanya meminta dukungan agar dapat dijembatani terkait pemanfaatan teknologi dan pengembangan jejaring usaha.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian, pada kesempatan ini diwakili oleh Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Leli Nuryati menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus mendampingi petani milenial bersama dengan Duta Petani Andalan/ Duta Petani Milenial (DPA/DPM) di Indonesia termasuk di DI Yogyakarta.

“Kuncinya adalah kolaborasi dan keterbukaan, melalui forum DPA/DPM kami akan menyambungkan antara petani milenial yang punya suplai dan petani yang membutuhkan bahan baku, agar rantai ini terus berputar. Selain itu juga terbuka fasilitas KUR yang dapat diakses oleh petani milenial ,” kata Leli.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Sandi Octa Susila, Ketua Umum DPA/DPM Indonesia yang mengatakan bahwa Forum DPA/DPM sudah bekerjasama dengan multistakeholder guna mendukung pengembangan Petani Milenial, “DPA/DPM sudah berkolaborasi dengan beberapa kementerian seperti Kemeko Perekonomian, Kemenpora, dan Kemendes serta dengan mitra perusahaan dalam upaya mengembangkan potensi petani milenial.”

Sandi juga menambahkan bahwa DPA/DPM tidak didesain bergantung pada anggaran pemerintah, namun didesain agar dapat bekerjasama dengan pihak lainnya. “Kami dorong para milenial untuk mengembangkan jejaring, sehingga tidak terbatas pada anggaran pemerintah.”

Leave a Reply

Skip to content