Program Studi Teknologi Benih Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta Magelang Menggelar kegiatan Seminar Nasional Perbenihan. Mengambil tema “Peran Perbenihan dalam Membangun Ketahanan Pangan Nasional, kegiatan mengahadirkan narasumber dari kalangan akademisi dan praktisi.
Benih, menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin limpo (SYL), memegang peran penting dalam meningkatkan produktivitas pangan seperti beras sebagai salah satu pangan pokok strategis di Indonesia dan mendukung ekspor beras.
“Tanpa benih varietas unggul, kita tidak akan bisa surplus beras seperti yang kita bisa rasakan saat ini sehingga tidak perlu impor beras lagi. Jadi peningkatan produktivitas beras harus jadi tantangan kita bersama karena beras sangat penting bagi kehidupan Bangsa,” ucap Mentan SYL.
Sementara, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa bukan hanya penggunaan benih unggul saja yang perlu didorong, namun lebih dari itu pihaknya mengharapkan SDM Pertanian khususnya Mahasiswa Vokasi Pertanian mampu berinovasi di bidang tersebut.
“Benih unggul itu vital, SDM Pertanian kita harus mampu menciptkan inovasi dan terobosan di bidang tersebut, ini salah satu kunci kemandirian pertanian Indonesia agar berdaya saing,” ujarnya.di tantangan kita bersama karena beras sangat penting bagi kehidupan Bangsa,” ucap Mentan SYL.
Akimi, Wakil Direktur II Polbangtan Yogyakarta Magelang, mengapresiasi gelaran Seminar Nasional ini, “Program studi Teknologi Benih merupakan salah satu prodi yang paling berkomitmen menunjukkan keeksisannya di bidang pertanain. Saya berharap setiap prodi di Polbangtan YoMa mampu mengembangkan keilmuannya untuk berkontribusi dalam pembangunan pertanian.”
Ia juga berharap melalui seminar ini, hasil-hasil penelitian akademis dapat dipaparkan dan menjadi langkah praktis dalam pengembangan benih unggul, “melalui forum ini hasil-hasil penelitian dosen dapat didesiminasikan seklaigus didiskusikan untuk kemudian menjadi langkah praktis, langkah nyata dalam kontribusi pengembangan perbenihan.”
Prof Dr. Ir. Sobir, M.Si, Guru besar Departemen Agronomi Hortikultura IPB university, yang hadir sebagai salah satu narasumber mengatakan bahwa tujuan utama pembangunan pertanian yaitu untuk meningkatkan kemandirian pangan yang berkelanjutan, menciptakan daya saing ekspor, kesejahteraan petani, dan kelestarian lingkungan, namun tantangan pertanian juga semakin hebat sehingga membutuhkan terobosan inovasi.
“Konsumsi yang terus meningkat, krisis iklim, dan penuruan keragaman sumberdaya genetik menjadi tantangan pemenuhan pangan nasional Indonesia bahkan dunia belakangan ini. Padahal diperkirakan pada tahun 2045 akan ada 150 juta orang tambahan di Indonesia yang perlu diberi makan,” ujar Sobir.
Penggunaan benih varietas unggul dan benih berkualitas, sambung Sobir merupakan salah satu solusi yang sudah teruji dari permasalahan tersebut, “Contohnya sekarang kita berhasil tidak impor beras 3 tahun, itu karena kita menggunakan varietas unggul dan berkualitas meski luas lahan kita semakin menurun. Luas tanam kita saat ini hanya sekitar 10-13 juta hektar, jika tanpa inovasi perbenihan, normalnya akan butuh 35 juta hektar untuk memehuni kebutuhan beras nasional. Dengan benih bermutu lebih kita jadi bisa mandiri pangan meski denganlahan terbatas.”
Pada akhir materi, Sobir juga menyatakan bahwa industri benih merupakan lapangan kerja yang luas,, “Ada yang menguasai dari hulu sampai hilir, yaitu perakitan, produksi, sampai peredaran atau hanya bergerak di 1 sampai 2 bidang saja. Artinya kita bisa berperan di mana-mana. Ibarat produk fashion, ada yang berperan sebagai designer atau perakit dan garmen atau produsen benih.”
Pemateri lainnya hadir dari kalangan praktisi industri benih terkemuka di Indonesia yaitu, Dudin Supti. Membawakan materi dengan judul “Produksi Benih Bermutu untuk Indonesia Emas 2045”, ia mengatakan bawa setidaknya ada 3 pilar dalam industri benih.
“Industri benih yang kuat setidaknya mengedepankan 3 pilar yaitu Riset, Proses Produksi, dan Selling atau Marketing,” ujar Dudin.
Dudin melanjutkan bahwa riset dan pengembangan merupakan nyawa industri benih, pasalnya melalui riset inilah nantinya tercipta benih-benih unggul yang tersertifikasi, “Dalam menghasilkan inovasi, salah satunya kami melakukan riset seperti mapping hama penyakit dan tanaman serta mapping iklim dan cuaca di Indonesia, sehingga kami bisa merakit benih yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik yang ada.”
Selain dituntut mengahsilkan benih yang unggul dan tersertifikasi, Industri benih menurut Didin juga mendapat tantangan lain yang tidak kalah pelik, “Tantangan industri benih salah satunya munculnya production waste loss atau sisa produksi yang menjadi sampah dan tidak dipergunakan bisa mencapai 1/3 dari bahan baku. Contohnya saat memproduksi benih labu, yang diambil benihnya saja, dagingnya tidak dipergunakan sampai ber ton-ton. Ini yang kamis kerjasamakan dengan lembaga pendidikan atau pihak lainnya untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat seperti tepung labu contohnya.”
Selain dua pemateri tersebut, pada kesempatan ini juga hadir tiga pemateri lainnya dari internal Polbangtan Yogyakarta yaitu Agus Wartapa, Elea Nur Azizah serta Suharno yang membawakan materi tentang perkaitan benih unggul hingga teknik penanaman benih unggul untuk dapat meningkatkan produktivitas. Elea mengatakan bahwa industri benih salah satu modalnya adalah kepercayaan.
“Ketika menjual benih kepada petani, harus ada jaminan bahwa benih tersebut benar-benar bermutu sehingga bebenih harus didaftarkan. Bukan hanya melindungi hak cipta, tapi ini juga wujud tanggungjawab kita dalam upaya melindungi petani dari peredaran benih-benih palsu.” tutup elea.