Pendidikan Vokasi Hasilkan SDM Pertanian Unggul

Dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 sebagai ‘lumbung pangan dunia’ menuntut tersedianya SDM pertanian Indonesia unggulan yang profesional, mandiri, berdaya saing dan berjiwa wirausaha. Syarat utamanya memiliki pengetahuan, jejaring, jiwa wirausaha, didukung pembinaan karakter di perguruan tinggi melalui pendidikan vokasi pertanian.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa orientasi SDM unggul harus mampu menghasilkan pangan, dengan jumlah mencukupi didukung jaminan  kualitas sebagai produk berkelanjutan demi mencapai target kemandirian pangan.

“Guna mencapai target kemandirian pangan maka karakter profesional, mandiri dan berdaya saing sebagai wirausahawan dapat dihasilkan melalui pendidikan vokasi pertanian,” kata Mentan Syahrul yang dikutip Kepala BPPSDMP Prof Dedi Nursyamsi saat membuka focus group discussion (FGD) yang berlangsung virtual, kemarin.

Prof Dedi Nursyamsi menambahkan empat faktor penentu keberhasilan pendidikan vokasi yang pertama adalah karakter yang tidak mudah menyerah dan memiliki jiwa yang tangguh. Kedua, kompetensi maka Polbangtan dan SMKPP harus menciptakan generasi milenial yang mampu bekerjasama dengan orang lain.

Sementara Kapusdik Idha Widi Arsanti menyoroti pentingnya pembinaan karakter di perguruan tinggi vokasi. “Pada tahun 2020 terjadi perubahan  ketrampilan yang dibutuhkan lulusan.”

Prof Ali Agus menambahkan bahwa kebutuhan keterampilan tahun 2020 ke depan adalah complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligence, judgement and decision-making, service orientation, negotiation dan cognitive flexibility.

Untuk mewujudkan SDM unggul dapat dilakukan dengan pendidikan vokasi bidang pertanian yang berorientasi pada kompetensi. Penyelenggaran pendidikan vokasi tercermin dari kurikulum, sarana prasarana terutama teaching factory, dosen industri.

Direktur Polbangtan YoMa, Dr Rajiman menambahkan bahwa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta – Magelang (Polbangtan YoMa) sebagai penyelenggara pendidikan vokasi telah menyiapkan pembelajaran berbasis Teaching Factory (TeFa) seperti budidaya unggas, produksi pakan ternak, perbenihan padi dan roduksi bahan biofarmaka.

“Prinsip dasar TeFa mengintegrasikan pengalaman dunia kerja ke dalam kurikulum sekolah, yang merupakan perpaduan dari pembelajaran berbasis produksi dan pembelajaran kompetensi,” kata Dr Rajiman.

Dalam pembelajaran berbasis produksi, mahasiswa terlibat langsung dalam proses produksi, sehingga kompetensinya dibangun berdasarkan kebutuhan produksi. Kapasitas produksi dan jenis produk menjadi kunci utama keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.

“Dengan TeFa, Polbangtan melaksanakan kegiatan produksi atau layanan jasa yang merupakan bagian dari proses belajar dan mengajar. Dengan demikian kampus diharuskan memiliki workshop atau unit usaha untuk kegiatan pembelajaran,” kata Dr Rajiman.

Leave a Reply

Skip to content