KETERLIBATAN PARA PENGUSAHA dalam pembentukan karakter mahasiswa dinilai dan diyakini menjadi satu cara untuk menghasilkan mahasiswa yang betul-betul siap pakai untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Para pengusaha dilibatkan menilai dan mengritik usaha atau bisnis yang dilakukan mahasiswa, sehingga mahasiswa sadar tentang kekurangannya dan belajar melakukan koreksi untuk maju. Begitu selesai studi dari bangku kuliah, mahasiswa sudah siap menciptakan pekerjaan dan penghasilan untuk dirinya sendiri dan juga lapangan kerja bagi orang lain.
Hal tersebut dipaparkan oleh R. Hermawan, SP, MP kepada Media Pertnian online www.sembadapangan.com dalam pertemuan khusus di Kampus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Yogyakarta, beberapa waktu yang lalu. Hermawan adalah Dosen STPP Yogyakarta untuk Bidang Agribisnis. Dia didampingi oleh Wakil Ketua I Bidang Akademik STPP Yogyakarta Dr Rajiman,MP.
Menurut Hermawan, STPP khususnya jurusan pertanian sudah mengembangkan program kewirausahaan. Program pengembangan kewirausahaan ini sudah lama dilakukan, namun sebelumnya telah melekat kepada kurikulum pendidikan, yaitu mata kuliah kewirausahaan. Jadi, pada mata kuliah sudah dimulai perencanaan, pelaksanaan dan pemasaran bisnis. Itu dikenal dengan Program Wirausaha Muda Pertanian atau lazim disebut PWMP.
“Mahasiswa dihubungkan dengan pengusaha-pengusaha. Kemudian kampus memfasilitasi mereka dengan berbagai kegiatan, seperti kegiatan pameran, di mana kami bekerja sama dengan dinas pertanian dan instansi lainnya. Pihak STPP sendiri juga mengadakan pameran khusus untuk ekspose program kewirausahaan tersebut,” ungkap Hermawan.
Disebutkan pula bahwa pihak kampus STPP sering melakukan kegiatan usaha untuk membentuk mahasiswa menjadi pengusaha. Seluruh mahasiswa diminta membawa hasil atau produk dari program kewirausahaan untuk diekspos di depan para mitra dan calon mitra yang diundang secara khusus termasuk pelaku usaha di pasar yang akan membeli produk mahasiswa.
Bersinergi
Bagaimana gerangan pelaksanaannya? Pihak kampus menyediakan ruang pertemuan dan seterusnya produk mahasiswa dipamerkan di atas meja yang bisa disaksikan dan dicermati oleh para pengusaha dari pasar dan toko swalayan yang diundang. Para pelaku usaha bebas mengritik produk-produk mahasiswa, mulai dari pilihan jenis, rasa dan kemasannya.
“Selanjutnya kalau suatu produk pertanian olahan menarik perhatian pengusaha dan dibutuhkan bisa langsung diadakan konstrak. Bentuknya adalah atas kesepakatan kedua pihak, yaitu pelaku usaha dan mahasiswa. Pihak kampus tidak terlibat. Kita mengarahkan agar terjadi sinergitas. Mereka harus bersinergi,” ungkap Hermawan seraya menambahkan bahwa PWMP itu baru diadakan pada 2016 yang baru lalu, di mana ada tiga tahapan di dalamnya, yaitu penumbuhan, pengembangan dan kemandirian.
Artinya, kini program tersebut baru berjalan satu tahun dan telah memasuki tahap pengambangan yang melibatkan 28 kelompok mahsiswa, di mana masing-masing kelompok melibatkan lima mahasiswa. Mereka melakuka kegiatan pasar berdasarkan identifikasi pasar, di mana orientasinya tidak pada produksi lagi, tetapi lebih pada penetrasi pasar.
Pada tahapan sebelumnya mahasiswa membuat business plan dan mereka harus magang dahulu. Kemudian hasil dari magang itu mereka melakukan survei pasar baru membuat perencanaan bisnis. Nah, pada saat magang itu mahasiswa diharapkan sudah mulai merencanakan kemitraan dengan mereka. Misalnya, mahasiswa yang berencana bisnis jamur diminta magang di tempat budidaya jamur milik petani paling tidak selama satu minggu. Begitu magang usai, mahasiswa diarahkan untuk melakukan survei pasar secara ril kemudian membuat perencanaan bisnisnya dan seterusnya berbisnis atau melakukan usaha.
Bantuan Modal
Hermawan mengungkapkan bahwa pihak kampus STPP Yogya memberi bantuan permodalan kepada mahasiswa masing-masing sebesar 15 juta rupiah untuk setiap kelompok. Dinilai bahwa uang sejumlah itu sudah cukup untuk bisnis pertanian, apalagi saat permulaan. Pihak kampus hanya memantau perkembangan bisnis yang dilakukan mahasiswa yang sudah bisa terlibat sejak dari semester kedua.
“Kalau track yang dijalani sudah benar, pihak kampus tinggal merestui untuk dilanjutkan. Perkembangannya bisa dipantau secara bertahap,” demikian cerita Hermawan sembari menambahkan bahwa sifat dari bantuan dari STPP untuk mahasiswa adalah berupa beasiswa yang diberikan dengan seleksi yang sangat ketat untuk meminimalisir kegagalan dalam memproduksi sebuah produk.
Kegiatan PWMP tersebut selain dilakukan oleh mahasiswa di luar kampus, juga dilaksanakan di dalam kampus. Untuk kegiatan di luar kampus beberapa kelompok mahasiswa ada yang bermitra dengan petani. Semua tahapan harus dijalani, yaitu penumbuhan, pengembangan dan kemandirian. Pada tahap pertumbuhan, mereka harus belajar dari petani yang menjadi mitranya, bagaimana budidayanya, perawatannya, panen dan pasca panen.
Disebutkan oleh Hermawan bahwa kegiatan yang sudah berjalan saat ini adalah menanam melon. Mahasiswa bekerja sama dengan petani dan pedagang buah-buahan ke berbagai toko dan pasar. Usaha tersebut dipantau bersama, tetapi karena mahasiswa masih harus kuliah setiap hari saat ini pemantauan dilakukan pada Sabtu dan Minggu.
Manajemen Waktu
Kendati kini terminologi times is money tidak populer lagi karena dampak dari berbagai inovasi usaha, pihak kampus STPP masih mengajari mahasiswa cara membagi waktu. Sebab, posisi para mahasiswa itu nantinya adalah manajer bagi dirinya sendiri maupun bagi pihak lain, sehingga perlu manajemen waktu secara utuh. Dalam kondisi tersebut saat ini mahasiswa diharapkan sudah memasuki tahap pengembangan, di mana ikatan dengan pihak petani sudah mulai melepas dan mahasiswa sudah diminta untuk mencari mitra sendiri. Dan pada 2018 mendatang mahasiswa sudah mampu lepas secara keseluruhan dari petani mitra, di mana mahasiswa sudah mampu mencari pasar sendiri dan mengembangkannya secara mandiri.
Menurut Hermawan, untuk ekspose promosi ada beberapa fasilitas yang bisa dimanfaatkan. Namun, seandainya ada permasalahan pada kemasan produk mahasiswa, pihak kampus memberikan pelatihan singkat. Dan apabila permasalahannya tentang promosi, pihak kmpus juga melakukan kegiatan pelatihan tentang promosi dan sebagainya.
“Semua kegiatan mahasiswa selalu kami pantau. Seandainya terjadi permasalahan bisa ditangani secepatnya. Kami juga memberikan fasilitas pasar dengan cara mengikutsertakan produk mahasiswa dalam pameran pasar dan ekspose di ruang publik lainnya. Kami juga sedang menggalakkan kegiatan agar masyarakat untuk panen di lahan sendiri. Kami juga memiliki agribusiness centre atau pusat agribisnis yang terdapat di lingkungan kampus,” kata Hermawan.
Dia juga menyebutkan, pusat agribisnis itu dimaksudkan sebagai wadah ekspose harian, di mana produk yang dihasilkan oleh mahasiswa dipajang di situ, di mana sebagai daerah tujuan wisata para pelancong digiring untuk datang berkunjung ke ruang pamer itu. Dari aktivitas tersebut pihak kampus melakukan evaluasi terhadap produk yang dipasarkan terutama produk yang diminati konsumen. Produk yang tidak laku disarankan untuk diubah atau ditingkatkan lagi, sehingga bisa menarik minat pembeli atau konsumen.
Pada Agustus mendatang pihak STPP Yogyakarta akan mengadakan temu mahasiswa dengan beberapa orang pebisnis swalayan. Artinya, para pengusaha eceran bisa mengakses produk yang telah dihasilkan oleh para mahasiswa sekaligus sebagai ajang promosi. Pada kesempatan itu pihak pengelola swalayan bisa menilai produk yang telah dihasilkan oleh mahasiswa STPP Yogya.
kami. sifat dari bantuan kami untuk mahasiswa ini berupa beasiswa jadi kami sangat memperketat pemberian bantuan dan sangat terseleksi karena anggaran ini masih terbatas dan setiap kelompok diawasi oleh dosen pembimbing yang berguna meminimalisir kegagalan dalam memproduksi sebuah produk. *sembada
KETERLIBATAN PARA PENGUSAHA dalam pembentukan karakter mahasiswa dinilai dan diyakini menjadi satu cara untuk menghasilkan mahasiswa yang betul-betul siap pakai untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Para pengusaha dilibatkan menilai dan mengritik usaha atau bisnis yang dilakukan mahasiswa, sehingga mahasiswa sadar tentang kekurangannya dan belajar melakukan koreksi untuk maju. Begitu selesai studi dari bangku kuliah, mahasiswa sudah siap menciptakan pekerjaan dan penghasilan untuk dirinya sendiri dan juga lapangan kerja bagi orang lain. Hal tersebut dipaparkan oleh R. Hermawan, SP, MP kepada Media Pertnian online www.sembadapangan.com dalam pertemuan khusus di Kampus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Yogyakarta, beberapa waktu yang lalu. Hermawan adalah Dosen STPP Yogyakarta untuk Bidang Agribisnis. Dia didampingi oleh Wakil Ketua I Bidang Akademik STPP Yogyakarta Dr Rajiman,MP. Menurut Hermawan, STPP khususnya jurusan pertanian sudah mengembangkan program kewirausahaan. Program pengembangan kewirausahaan ini sudah lama dilakukan, namun sebelumnya telah melekat kepada kurikulum pendidikan, yaitu mata kuliah kewirausahaan. Jadi, pada mata kuliah sudah dimulai perencanaan, pelaksanaan dan pemasaran bisnis. Itu dikenal dengan Program Wirausaha Muda Pertanian atau lazim disebut PWMP. “Mahasiswa dihubungkan dengan pengusaha-pengusaha. Kemudian kampus memfasilitasi mereka dengan berbagai kegiatan, seperti kegiatan pameran, di mana kami bekerja sama dengan dinas pertanian dan instansi lainnya. Pihak STPP sendiri juga mengadakan pameran khusus untuk ekspose program kewirausahaan tersebut,” ungkap Hermawan. Disebutkan pula bahwa pihak kampus STPP sering melakukan kegiatan usaha untuk membentuk mahasiswa menjadi pengusaha. Seluruh mahasiswa diminta membawa hasil atau produk dari program kewirausahaan untuk diekspos di depan para mitra dan calon mitra yang diundang secara khusus termasuk pelaku usaha di pasar yang akan membeli produk mahasiswa. Bersinergi Bagaimana gerangan pelaksanaannya? Pihak kampus menyediakan ruang pertemuan dan seterusnya produk mahasiswa dipamerkan di atas meja yang bisa disaksikan dan dicermati oleh para pengusaha dari pasar dan toko swalayan yang diundang. Para pelaku usaha bebas mengritik produk-produk mahasiswa, mulai dari pilihan jenis, rasa dan kemasannya. “Selanjutnya kalau suatu produk pertanian olahan menarik perhatian pengusaha dan dibutuhkan bisa langsung diadakan konstrak. Bentuknya adalah atas kesepakatan kedua pihak, yaitu pelaku usaha dan mahasiswa. Pihak kampus tidak terlibat. Kita mengarahkan agar terjadi sinergitas. Mereka harus bersinergi,” ungkap Hermawan seraya menambahkan bahwa PWMP itu baru diadakan pada 2016 yang baru lalu, di mana ada tiga tahapan di dalamnya, yaitu penumbuhan, pengembangan dan kemandirian. Artinya, kini program tersebut baru berjalan satu tahun dan telah memasuki tahap pengambangan yang melibatkan 28 kelompok mahsiswa, di mana masing-masing kelompok melibatkan lima mahasiswa. Mereka melakuka kegiatan pasar berdasarkan identifikasi pasar, di mana orientasinya tidak pada produksi lagi, tetapi lebih pada penetrasi pasar. Pada tahapan sebelumnya mahasiswa membuat business plan dan mereka harus magang dahulu. Kemudian hasil dari magang itu mereka melakukan survei pasar baru membuat perencanaan bisnis. Nah, pada saat magang itu mahasiswa diharapkan sudah mulai merencanakan kemitraan dengan mereka. Misalnya, mahasiswa yang berencana bisnis jamur diminta magang di tempat budidaya jamur milik petani paling tidak selama satu minggu. Begitu magang usai, mahasiswa diarahkan untuk melakukan survei pasar secara ril kemudian membuat perencanaan bisnisnya dan seterusnya berbisnis atau melakukan usaha. Bantuan Modal Hermawan mengungkapkan bahwa pihak kampus STPP Yogya memberi bantuan permodalan kepada mahasiswa masing-masing sebesar 15 juta rupiah untuk setiap kelompok. Dinilai bahwa uang sejumlah itu sudah cukup untuk bisnis pertanian, apalagi saat permulaan. Pihak kampus hanya memantau perkembangan bisnis yang dilakukan mahasiswa yang sudah bisa terlibat sejak dari semester kedua. “Kalau track yang dijalani sudah benar, pihak kampus tinggal merestui untuk dilanjutkan. Perkembangannya bisa dipantau secara bertahap,” demikian cerita Hermawan sembari menambahkan bahwa sifat dari bantuan dari STPP untuk mahasiswa adalah berupa beasiswa yang diberikan dengan seleksi yang sangat ketat untuk meminimalisir kegagalan dalam memproduksi sebuah produk. Kegiatan PWMP tersebut selain dilakukan oleh mahasiswa di luar kampus, juga dilaksanakan di dalam kampus. Untuk kegiatan di luar kampus beberapa kelompok mahasiswa ada yang bermitra dengan petani. Semua tahapan harus dijalani, yaitu penumbuhan, pengembangan dan kemandirian. Pada tahap pertumbuhan, mereka harus belajar dari petani yang menjadi mitranya, bagaimana budidayanya, perawatannya, panen dan pasca panen. Disebutkan oleh Hermawan bahwa kegiatan yang sudah berjalan saat ini adalah menanam melon. Mahasiswa bekerja sama dengan petani dan pedagang buah-buahan ke berbagai toko dan pasar. Usaha tersebut dipantau bersama, tetapi karena mahasiswa masih harus kuliah setiap hari saat ini pemantauan dilakukan pada Sabtu dan Minggu. Manajemen Waktu Kendati kini terminologi times is money tidak populer lagi karena dampak dari berbagai inovasi usaha, pihak kampus STPP masih mengajari mahasiswa cara membagi waktu. Sebab, posisi para mahasiswa itu nantinya adalah manajer bagi dirinya sendiri maupun bagi pihak lain, sehingga perlu manajemen waktu secara utuh. Dalam kondisi tersebut saat ini mahasiswa diharapkan sudah memasuki tahap pengembangan, di mana ikatan dengan pihak petani sudah mulai melepas dan mahasiswa sudah diminta untuk mencari mitra sendiri. Dan pada 2018 mendatang mahasiswa sudah mampu lepas secara keseluruhan dari petani mitra, di mana mahasiswa sudah mampu mencari pasar sendiri dan mengembangkannya secara mandiri. Menurut Hermawan, untuk ekspose promosi ada beberapa fasilitas yang bisa dimanfaatkan. Namun, seandainya ada permasalahan pada kemasan produk mahasiswa, pihak kampus memberikan pelatihan singkat. Dan apabila permasalahannya tentang promosi, pihak kmpus juga melakukan kegiatan pelatihan tentang promosi dan sebagainya. “Semua kegiatan mahasiswa selalu kami pantau. Seandainya terjadi permasalahan bisa ditangani secepatnya. Kami juga memberikan fasilitas pasar dengan cara mengikutsertakan produk mahasiswa dalam pameran pasar dan ekspose di ruang publik lainnya. Kami juga sedang menggalakkan kegiatan agar masyarakat untuk panen di lahan sendiri. Kami juga memiliki agribusiness centre atau pusat agribisnis yang terdapat di lingkungan kampus,” kata Hermawan. Dia juga menyebutkan, pusat agribisnis itu dimaksudkan sebagai wadah ekspose harian, di mana produk yang dihasilkan oleh mahasiswa dipajang di situ, di mana sebagai daerah tujuan wisata para pelancong digiring untuk datang berkunjung ke ruang pamer itu. Dari aktivitas tersebut pihak kampus melakukan evaluasi terhadap produk yang dipasarkan terutama produk yang diminati konsumen. Produk yang tidak laku disarankan untuk diubah atau ditingkatkan lagi, sehingga bisa menarik minat pembeli atau konsumen. Pada Agustus mendatang pihak STPP Yogyakarta akan mengadakan temu mahasiswa dengan beberapa orang pebisnis swalayan. Artinya, para pengusaha eceran bisa mengakses produk yang telah dihasilkan oleh para mahasiswa sekaligus sebagai ajang promosi. Pada kesempatan itu pihak pengelola swalayan bisa menilai produk yang telah dihasilkan oleh mahasiswa STPP Yogya. kami. sifat dari bantuan kami untuk mahasiswa ini berupa beasiswa jadi kami sangat memperketat pemberian bantuan dan sangat terseleksi karena anggaran ini masih terbatas dan setiap kelompok diawasi oleh dosen pembimbing yang berguna meminimalisir kegagalan dalam memproduksi sebuah produk. sumber http://www.sembadapangan.com/ada-kritikan-pengusaha-mahasiswa-tumbuh-kembang-dan-mandiri