Gagas Kampanye “Cinta Gula Kelapa”, Kabupaten Banyumas Bersiap Jadi Sentra Gula Semut

Purwokerto– Gula Semut atau lebih dikenal sebagai Brown Sugar sedang naik daun di pasaran seiring dengan perkembangan bisnis minuman kekinian yang sedang menjadi tren di tengah masyarakat. Lebih dari itu, komunitas pecinta hidup sehat juga turut mengkondangkan nama Gula Semut. Kandungan gula yang berasal dari tananaman palmae ini dinilai lebih baik dari gula pasir yang dihasilkan dari tanaman tebu.

Hasil riset menunjukkan bahwa gula semut mengandung antioksidan, kalsium, zinc, zat besi, dan potassium serta mengandung serat inulin yang berfungsi menjaga sistem pencernaan karena sifatnya yang memperlambat penyerapan glukosa dalam tubuh. Selain itu Gula Semut juga aman dikonsumsi penderita diabetes karena kadar indeks glikemiknya rendah serta mudah difortifikasi atau diperkaya bahan lain seperti yodium, vitamin A, atau mineral.

Jeli melihat peluang pasar, Pemerintah Kabupaten Banyumas menyatakan komitmennya untuk menjadi sentra penghasil Gula Semut. Pemda Banyumas melalui Dinas Pertanian dan Pangan (Distapang) tengah merencakanan Program Agroindustri Gula Kelapan yang komprehensif dan menggencarkan budaya “Cinta Gula Kelapa” sebagai wujud dukungan dan komitmen terhadap kesuksesan program Diversifikasi Gula Nasional yang dicanangkan Kementerian Pertanian RI.

Menurut keterangan Kepala Distapang Kabupaten Banyumas, Jaka Budi Santosa, sebanyak 13 kecamatan dari total 27 kecamatan di wilayahnya merupakan sentra pengrajin gula semut dengan potensi produksi mencapai 600 ton per bulan. Sedikitnya terdapat 852 pengrajin gula semut yang telah memperoleh sertifikasi organik di wilayah kerjanya.

“Gula semut asal Banyumas telah mendapat sertifikat organik dari berbagai lembaga sertifikasi gula kelapa kristal Internasional yaitu Control Union Certification (CUC). Dengan memperoleh sertifikasi tersebut, berarti gula semut asal Banyumas telah memenuhi standar organik yang berasal dari berbagai negara seperti standar USDA dari Amerika, NOP dari Eropa, dan JAS dari Jepang,” papar Jaka, saat memberikan sambutan di acara Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani  dan Penyuluh.

Lebih lanjut Jaka menerangkan bahwa sertifikasi tersebut merupakan bagian dari program penguatan produk pertanian yang diupayakan oleh Pemda Banyumas bekerjasama dengan berbagai pihak. Implikasi dari perolehan sertifikasi organik ini yaitu terbukanya peluang pasar ekspor ke berbagai negara seperti Singapura, Jepang, Hongkong, Amerika, Korea, dan Jerman.

Hal tersebut selaras dengan keterangan Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo. Menurutnya, pertanian dengan sistem organik akan meningkatkan kualitas produksi pertanian yang lebih sehat. “Pendekatan pertanian organik menjadikan lebih sehat, berkualitas, dan menjadi pilihan di pasar-pasar yang ada,” kata Syahrul.

Peluang keuntungan bisnis gula semut menjadi berlipat karena bisnis ini termasuk dalam bisnis yang berbiaya rendah dan tidak membutuhkan teknologi tinggi atau low cost and low technology  dibandingkan dengan produksi gula tebu. Namun dalam praktiknya masih ditemui beberapa tantangan seperti rendahnya kapasitas SDM untuk menghasilkan produk yang berkualitas, terbatasnya sarana dan prasarana untuk menjamin kualitas produk yang sesuai standar, panjnagnya mata rantai tataniaga pemasaran, dan belum adanyan jaminan atau kepastian harga.

Menyikapi tantangan tersebut, Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan Yoma) bekerjasama dengan Anggota Komisi IV DPR RI memfasilitasi penyelenggaraan Bimbingan Teknis yang bertujuan meningkatkan kapasitas Petani dan Penyuluh Kabupaten Banyumas dalam mengembangkan komoditas gula semut.

Ananti Yekti selaku Wakil Direktur I Polbangtan Yoma menyampaikan bahwa materi Bimtek kali ini berfokus pada teknik pengemasan dan pemasaran produk. Menurutnya, dua komponen  tersebut merupakan salah satu faktor penentu laku atau tidaknya produk di pasaran.

“Kemasan produk yang baik cerminan dari jaminan kualitas produk. Apalagi jika produk sudah sampai diekspor, kita tidak bisa sembarangan mengemasnya,” jelas Ananti.

Hal senada disampaikan oleh Dedi Nursyamsi, Kepala Badan PPSDMP, Ia menuturkan bahwa pendampingan harus dilakukan tidak hanya masalah produksi, namun juga hingga ke hilir yaitu pengemasan dan pemasaran.

“Harga produk bisa naik hingga dua kali lipat dengan memperbaiki dan mepercantik kemasannya, kan luar biasa. Saya yakin saudara sekalian dapat memanfaatkan peluang ini,” tegas Dedi.

Pada akhir sambutannya, Jaka menghimbau kepada peserta agar dapat mengikuti Bimtek dengan baik sehingga dapat membuka wawasan dan pemahaman baru bagi para petani dan penyuluh mengenai pengembangan potensi Gula Semut di Banyumas.

Source: Bayu Wijaya, S.TP., M.Ec.Dev

2 Responses

Leave a Reply

Skip to content