YOGYAKARTA. Pusat Pendidikan Pertanian Kementan melalui Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta Magelang kembali menyelenggarakan Millennial Agriculture Forum (MAF) sebagai wadah edukasi dan diskusi bagi masyarakat luas. Helatan MAF Volume 3 Edisi 16 kali ini mengangkat isu yang sedang hangat yaitu “Minyak Kelapa sebagai Solusi saat Minyak Goreng Langka serta Peluang Bisnisnya.”
Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL)menyatakan bahwa saat ini kita dalam kondisi yang tidak biasa-biasa. Pandemi Covid 19 dan climate change menjadi tantangan terbesar bidang pertanian dalam memenuhi pangan nasional. Oleh karena itu, langkah solutif dan inovatif perlu digalakkan untuk keluar dari kondisi ini.
“Pelan tapi pasti covid dan climate change menghadirkan krisis pangan global, Hal ini sudah diperingatkan oleh FAO sejak awal pandemi. Kementerian Pertanian telah menyiapkan dan menjalankan langkah strategis untuk menghadapinya, diantaranya yaitu menggenjot produktivitas, menerapkan teknologi, menggunakan varietas-varietas unggulan, dan meningkatkan kualitas SDM pertanian,” papar Mentan SYL.

Senada dengan keterangan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, turut membenarkan bahwa Climate change memengaruhi prosduktivitas dan produksi pangan dunia.
“Salah satunya yang kita lihat adalah dampak terhadap produktivitas pangan, terjadi penurunan 10 hingga 30 produktivitas berbagai bahan pangan seperti kedelai, jagung, dan juga produksi sawit. Kita harus berpikir solutif untuk ini,” ujar Dedi saat membuka acara MAF secara virtual.
Memenuhi kebutuhan pangan dengan diversifikasi pangan lokal, menurut Dedi Nursyamsi menjadi salah satu kunci ketahanan pangan nasional. “Kita harus punya solusi yaitu dengan genjot produktivitas dan produksi pangan dalam negeri, serta disaat yang sama lakukan diversifikasi pangan lokal. Ganti kedelai dengan koro pedang, ganti daging sapi dengan daging ayam atau kelinci, dan diversifikasi minyak goreng sawit dengan minyak kelapa,” sambungnya.

Sementara, Direktur Polbangtan YoMa dalam sambutannya menegasakan bahwa sekarang bukan saatnya insan pertanian turut berpolemik atau berkutat dengan isu yang beredar namun, hendaknya melakukan upaya pengotimalan sumberdaya alam yang dimiliki saat ini.
“Ayo kita ciptakan kemandirian pangan dengan menghasilkan dan memproduksi sendiri bahan pangan kita dari potensi yang ada. Kolaborasi antara akademisi, praktisi dan pemerintah menjadi kunci untuk mewujudkan cita-cita tersebut,” kata Bambang.
Dua narasumber yang berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit dan Coconut Center Indonesia, dihadirkan langsung ditengah-tengah 1000 lebih peserta MAF yang bergabung secara daring di platform Zoom Meeting dan Siaran Kanal Youtube. Kehadiran narasumber handal tersebut berhasil memantik diskusi menjadi hidup.
Dinamika Pasar Minyak Sawit

Rizka Amalia seorang peneliti dari pusat penelitian kelapa sawit PT Riset Perkebunan Nusantara PTPN 3, menyampaikan materi mengenai ketersediaan dan tantangan minyak goreng serta peluang alternatif lainnya. Pada kesempatan tersebut Rizka menyajikan kumpulan data mengenai penyebab langkanya minyak goreng sawit di pasaran akhri-akhir ini.
“Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, kelangkaan minyak goreng sawit akhir-akhir ini merupakan dampak yang timbul dari beberapa fenomona. Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor Climate Change dan kebijakan moratorium yang berimbas pada pengurangan produktivitas dan luasan produksi sawit, selain itu konsumsi sawit untuk bahan non pangan turut mempengaruhi,” papar Rizka.
Konsumsi domestik non pangan, ungkap Rizka, mencapai 54% dari total konsumsi minyak sawit di Indonesia. “ Konsumsi untuk biodiesel, terget penerapan B30 dan B40 mencapai 40%, sedangkan konsumsi untuk oleokimia mencapai 14%. Pada saat pandemi covid ini pembuatan produk sanitasi yang memerlukan minyak sawit sebagai bahan dasar seperti sabun, deterjen dan lainnya meningkat, ini juga cukup berpengaruh,” rincinya.
Sedangkan peningkatan harga, menurut Rizka dipengaruhi oleh dinamika dalam negeri dan faktor eksternal. Dinamika dalam negeri saat pandemi Covid seperti terganggunya jalur distribusi logistik budidaya sawit dan turn over tenaga kerja dalam penelitiannya menunjukkan pengaruh terhadap peningkatan biaya produksi yang berdmpak pada peningkatan harga produk.
“Harga CPO (Crude Palm Oil) terintegrasi dengan pasar internasioanl, harga CPO mencapai harga tertinggi pada Maret 2022 selama 40 tahun terakhhir, hal ini disebabkan karen dinamika suplly demand yang terjadi selama pandemi ini,” terangnya.
Lebih lanjut Risak memaparkan, alternatif solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi fenomena ini yaitu dengan melakukan pegawasan distribusi minyak sawit, melakukan intervensi oleh pemerintah, upaya pengembangan skala rumah tangga dan diversifikasi produk.
“Indonesia termasuk negara yang mendapat anugerah, selain menjadi penghasil sawit terbesar, potensi kelapa di Indonesia cukup tinggi, mencapai 2 ton per hektar per tahun. Ini bisa jadi alternatif solusi,” pungkasnya.
Peluang Usaha Komoditas Kelapa

Narasumber lain yang hadir yaitu Arif Nurwahyudi, Direktur Coconut Center Indonesia. Fokus membawakan materi dengan tajuk Peluang Usaha Minyak Goreng Kelapa dan Pengembangan Kelapa Berbasis Masyarakat, Arif mengatakan bahwa mengolah minyak kelapa sebenarnya tidak rumit dan banyak keuntungan yang dapat diraih dari bisnis kelapa ini.
“Kelapa punya produk turunan yang luar biasa. Sangat prosepk untuk mengambangkan bisnis. Kita tahu, Indonesia memiliki perkebunan kelapa terbesar di dunia dan dari luasan kebun yang ada 98% milik masyarakat,” tutur Arif.
Minyak Kelapa, menurut Arif, merupakan salah satu minyak nabati yang kaya manfaat baik untuk pangan dan bahan lainnya serta mudah diproduksi pada skala rumahtangga. “Untuk mendapatkan VCO atau minyak kelapa murni, Bapak Ibu tidak terlau perlu teknologi tinggi, cukup fungsikan barang-barang yang ada di dapurpun sudah bisa. Kita bisa mandiri emmenuhi kebutuhan minyak kita,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Arif juga memaparkan peluang bisnis yang dapat dikembangkan dari komoditas kelapa,”Dari akar hingga daun, semuanya uang, bahkan asap tempurungnya ketika dibakarpun bisa menjadi uang. Asap ini jika ditampung dan dikondensasi menjadi asap cair yang berguna untuk obat, farmasi, pembasmi hama, hingga pengawet makanan,” paparnya.

Kehadiran dua narasumber hebat ini berhasil menghidupkan suasana diskusi dalam forum MAF kali ini terbukti dengan banyaknya peserta yang antusias bertanya kepada narasumber. Abdul Azis, salah satu pserta dari Lombok bahkan mengapresiasi kegiatan ini, menurutnya topik MAF kali ini mampu mengajak peserta untuk berpikir lebih ke depan untuk menyiasati fenomena kelangkaan minyak goreng sawit ini dengan menyuguhkan solusi-solusi alternatifnya.
Kepala Pusat Pendidika Pertanian, Idha Widi Arsanti, turut memotivasi para peserta MAF yang mayoritas adalah petani dan calon petani milenial untuk mampu menangkap peluang ini dan memulai berwirausaha di bidang pertanian.
“Potensi usaha minyak kelapa ini cukup besar, ditambah akhir-akhir ini harga minyak kelapa juga cukup bagus. Indonesia punya 3,88 juta hektary yang 98% nya milik rakyat, jika dikeloa dengan benar Indonesia dapat menghasilkan devisa yang besar. Pusdiktan terbuka untuk melakukan diskusi dan memfasilitasi para milenial untuk mengembangkan bisnis pertanian,” ujar Santi.