YOGYAKARTA-Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA) Kementerian Pertanian berhasil menciptakan sebuah inovasi yang berguna bagi petani kapulaga yang berada di Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo. Sekelompok Mahasiswa yang tergabung dalam program Merdeka Belajar, Kampus Merdeka (MBKM) tersebut, berkreasi membuat alat pengering kapulaga bernama Bedrayer SI 001.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong generasi milenial di Provinsi Lampung untuk segera mengembangkan inovasi usaha tani sebagai bekal masa depan menuju pertanian maju, mandiri dan modern. Menurut Mentan, sektor pertanian akan semakin kuat jika didukung oleh riset dan inovasi yang berkelanjutan.
“Pesan Bapak Presiden jelas, pembangunan pertanian ke depan harus berbasis riset dan teknologi. Dan hari ini saya apresiasi kerja-kerja para peneliti kita yang sudah menemukan, mencipta varietas-varietas unggul,” katanya.
Senada, Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mengatakan, inovasi diperlukan untuk menggenjot produktivitas. “Harus ada inovasi untuk menggenjot produktivitas, sehingga kesejahteraan petani pun bisa ditingatkan. Dan ini menjadi tujuan pertanian, yaitu meningkatkan kesejahteraan petani, selain tentunya menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat,” ujar Dedi.
Ketua Kelompok Mahasiswa MBKM Kecamatan Kaliwiro, Firman Nuranissidiq, menyebut bahwa alat bernama Bedrayer SI 001 ini dirancang untuk membantu petani kapulaga dalam proses pengeringan bahan baku mereka dengan cara yang lebih efektif dan efisien.
”Fungsi dari alat ini adalah untuk membantu petani kapulaga, dalam proses pengeringan,” ujar Firman
Firman mengungkapkan, tercetusnya ide mengembangkan alat tersebut dilatarbelakangi karena mereka melihat praktek pengeringan kapulaga di wilayah Kaliwiro masih hanya mengandalkan sinar matahari yang memakan waktu lama kurang lebih 15 hari baru kering. Di lain sisi, kapulaga dari petani Kaliwiro ini sudah dilirik investor untuk diekspor dan memerlukan kontinuitas pasokan yang tetap setiap minggunya.
“Kalau pakai alat ini cuma butuh waktu 3 hari saja, setelah itu kapulaga sudah bisa dipasarkan,” jelas Firman.
Namun demikian, sebelum dikeringkan menggunakan alat tersebut, petani tetap harus menjemur terlebih dahulu kapulaga tersebut selama satu hari, untuk kemudian dilakukan pengeringan di mesin tersebut.
Firman menambahkan, sampai saat ini masih terus mengembangkan alat Bedrayer SI 001 hingga mencapai tahap sempurna. “Untuk mesin ini kapasitasnya bisa mencapai empat kwintal setiap kali proses pengeringan, namun kedepan kami masih akan melakukan pengembangan agar mesin pengering itu bisa lebih optimal lagi,” lanjut Firman.
Ia berharap setelah dilakukan tahap pengembangan, alat pengering Bedrayer SI 001 ini dapat diperbanyak dan digunakan secara massal oleh petani kapulaga yang ada di wilayah Wonosobo.
Upaya yang dikembangkan oleh Mahasiswanya di lapangan turut diapresiasi oleh Direktur Polbangtan YOMA, Bambang Sudarmanto, “inilah yang kita semua harapkan, mahasiswa yang kreatif, berdaya juang, dan inovatif. Mahasiswa yang mampu melihat permaslaahan di lapanga, kemudian mencari solusinya bahkan menjadikannya sebagai peluang. Untuk anandaku sekalian, saya harap terus kembangkan dan implementasikan ilmu kalian agar membawa manfaat ke petani dan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (Dispaperkan) Kabupaten Wonosobo SB Dwiyama mengaku berterimakasih kepada mahasiswa Polbangtan YOMA yang telah membantu para petani kapulaga di Wonosobo dalam mempermudah produksinya.
“Kami berharap setelah adanya alat pengering tersebut sektor pertanian di Kabupaten Wonosobo, khusunya kapulaga bisa lebih meningkat dan maju,” tandasnya.