Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta mendampingi 40 orang petani Ngemplak, Kabupaten Boyolali praktek tanam padi serentak dengan Teknologi IP 300. Hadir sebagai narasumber yaitu Kepala BPTP Yogyakarta, Soeharsono dan didampingi oleh 10 Mahasiswa Polbangtan YoMa.
Soeharsono menerangkan bahwa salah satu upaya guna mencapai target peningkatan produktivitas padai nasional yaitu dengan menerapkan Indeks Pertanaman (IP) Padi 300. IP Padi 300 berarti bahwa petani menanam dan memanen padi sebanyak tiga kali setahun pada hamparan dan lahan yang sama.
“Melalui tanam padi 3 kali setahun diharapkan IP mencapai 300, sehingga Dengan peningkatan intensitas tanam dan panen ini, produktivitas padi nasional dapat digenjot,” kata Soeharsono, Kepala BPTP DIY yang hadir di lokasi.
Pada kesempatan ini, selain diberikan penyuluhan mengenai penerapan IP 300, petani dipandu oleh mahasiswa dan pihak BPTP turut mempraktekan sistem tanam padi jajar legowo dengan pola 2:1. Berdasarkan keterangan Soeharso, penerapan sistem jarwo ini merupakan salah satu komponen kunci keberhasilan penerapan IP 300.
“Untuk mendukung penerapan IP 300, setidaknya ada empat faktor kunci yang harus diterapkan yaitu penggunaan benih padi varietas genjah, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, pengelolaan hara yang baik, dan manajemen tanam serta panen yang efisien,” rinci Soeharso.
Acara ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan pendampingan petani yang dilakukan oleh Mahasiswa Polbangtan YoMa. Kegiatan ini bertujuan sebagai media diseminasi pengetahuan dan teknologi pertanian kepada petani di lapangan. Selain itu juga memberikan pembelajaran langsung kepada mahasiswa sebagai generasi penerus pertanian mengenai permasalahan pertanian di lapangan dan pemecahan solusinya.
Bambang Sudarmanto selaku Direktur Polbangtan YoMa mengapresiasi langkah kolaborasi ini. Menurutnya pengembangan teknologi dan pembangunan SDM harus berjalan seirama agar teknologi yang dihasilkan tidak mangkrak.
“Pengembangan teknologi pertanian bertujuan untuk peningkatan hasil produksi pertanian dan tentunya bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani, sudah semestinya kita bersama-sama untuk saling dukung,” kata Bambang.
Hal serupa kerap digaungkan oleh Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo.
“Pertanian harus maju, mandiri, dan modern. Modern itu berarti kita bicara SDM. Bagaiaman mau cepat kalau masih pakai kendaraan kemarin. Bagaimana mau maju kalau ilmunya, teknologinya, mekanisasinya masih seperti yang kemarin,” kata Mentan SYL.
Ditambahkan oleh Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian yang menyatakan bahwa saat ini pertanian sudah memasuki era 4.0. Mau tidak mau, suka tidak suka, insan pertanian harus siap menyambut era 4.0, atau era pertanian modern.
“Ciri-ciri pertanian modern antara lain dicirikan oleh bio science yang harus dimanfaatkan saat ini karena memiliki produktivitas yang sangat tinggi. Mampu mendongkrak produktivitas pertanian secara signifikan. Ciri petani modern lainnya adalah mampu mengoperasionalkan peralatan modern dari hulu sampai hilir,” katanya.