Lirik Prospek dan Peluang tanaman Biofarmaka, Polbangtan Kementan Gandeng Pakar Gelar Seminar Nasional

Politeknik Pembangungan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta Magelang melalui Himpunan Mahasiswa Agribisnis dan Hortikultura sukses menyelenggarakan seminar nasional bertema “Prospek dan Peluang Tanaman Biofarmaka menuju Eksistensi Industri Herbal Nusantara”. Kegiatan yang menghadirkan pakar dan praktisi ini diikuti oleh ratusan Mahasiswa secara luring.

Direktur Polbangtan Yogyakarta Magelang, Bambang Sudarmanto, berharap dengan adanya gelaran seminar ini mahasiswa mendapat pengetahuan baru tentang tanaman biofarmaka, “Saya berharap mahasiswa dapat memahami tentang prospek dan peluang tanaman biofarmaka karena seperti yang kita ketahui tanaman biofarmaka ini memiliki khasiat yang luar biasa untuk mengobati penyakit, terlebih pada kondisi pandemi saat ini.”

Narasumber dan pembicara handal dihadirkan dalam acara antara lain yaitu Irmanida Batubara selaku Kepala Pusat Studi Biofarmakan Tropika LPPM IPB University, Stefanus Handoyo Saputra selaku Direktur Eksekutif DPD GP Jamu Jawa Tengah, serta pembicara dari kalangan akademisi Polbangtan Yogyakarta Magelang.

Mengusung tema materi Implementasi Good Agricultural Practices dalam Peningkatan Kuantitas Hasil Panen Biofarmaka, Irmanida Batubara mengulas tentang kiat-kiat peningkatan produktivitas tanaman biofarmaka.

“Kebutuhan bahan baku untuk industri herbal di Indonesia sangat besar, namun belum sepenuhnya dapat kita penuhi dari dalam negeri. Oleh karena itu implementasi praktek pertanian yang tepat mulai dari persiapan hingga panen dan pasca panen sangat perlu diterapkan, salah satunya dengan menentapkan SOP,” ujar Irmanida.

Selain berbagi ilmu tentang peningkatan kuantitas panen, Irmanida juga memaparkan langkah-langka untuk megetahui kandungan pada tanaman biofarmaka sehingga tepat penggunaannya.

“Kandungan tanaman obat dapat diketahui dengan cara anailisi sederhana oleh orang yang sudah berpengalaman atau melalui analisa di laboratorium. Biasanya menggunakan metode spektrofotometri untuk melihat kandungan klorofilnya,” tambah Guru Besar Kimia Fakultas MIPA IPB ini.

Sementara, Stefanus Handoyo Putra, narasumber yang hadir dari kalangan praktisi dan pebisnis ini mengatakan bahwa nilai komersial komoditas biofarmaka perlu dioptimalkan melalui beberapa faktor.

“Pabrik-pabirk Industri Herbal perlu bahan baku berkualitas untuk menjamin produknya. Untuk mendapat mutu produk yang unggul ini harus dimulai dari tingkat petani melalui rekaya kelembagaan petani sehingga mempermudah mengorganisir penerapan standar operasional di lapangan,” ujar Handoyo.

Ia juga menambahkan pengembangan industri hilir, peningkatan efisiensi, pengembangan korporasi melalui public private partnership antara petani dan industri diakui dapat menjadi faktor pemacu perkembangan industri herbal tanah air.

Hal tersebut sesuai dengan cita-cita Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), yang bertekad untuk terus mendorong pengembangan tanaman herbal dan tanaman obat yang memiliki nilai ekonomis dan manfaat tinggi.
“Jamu dan herbal sudah ada sejak nenek moyang kita, banyak bahan alami yang berasal dari bumi ini diyakini mampu meningkatkan kekebalan atau daya tahan tubuh serta bernilai ekonomis. Peluang besar bagi kita jika mau mengembangkan,” ujar SYL.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, juga berpendapat senada dengan Mentan SYl, “Ini adalah merupakan peluang bagi kita, terutama bagi petani milenial pertanian untuk mendulang pedapatan melalui pemanfaatan tanaman Biofarmaka yang semakin menjadi trend belakangan ini.”

Leave a Reply

Skip to content