Dalam rangka meningkatkan kompetensi Mahasiswa Program Studi Agribisnis dan Hortikultura, Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan Yoma) menggelar Kuliah Umum pada Sabtu (10/4). Kuliah Umum kali ini dihadiri oleh sekitar 135 Mahasiswa Prodi AH yang berasal dari tingkat 1, 2, dan 3 serta sejumlah Dosen Polbangtan Yoma.
Saat membuka acara, Wakil Direktur I Polbangtan Yoma Dr. Sujono menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kesempatan yang sangat bagus bagi mahasiswa untuk menimba ilmu secara langsung dari narasumber. Sujono berharap dengan adanya kuliah umum seperti ini dapat membuka wawasan sehingga mahasiswa dapat menghasilkan inovasi-inovasi baru terkait dengan pengembangan Biofarmaka.
“Meskipun Kuliah Umum ini dilaksanakan secara daring dari lokasi masing-masing, semoga tidak mengurangi semangat mahasiswa untuk belajar langsung dari narsumber,” ujar Sujono.
Kuliah umum kali ini mengangkat tema Prospek dan Potensi Biofarmaka sebagai Pendukung Insdustri Obat dan Herbal. Hadir sebagai pemateri yaitu Bambang Supartoko selaku Praktisi Biofarmaka dari PT. Sidomuncul. Dalam pemaparannya, Bambang menyampaikan bahwa ada 3 kata kunci peluang biofarmaka kaitannya dengan pengembangan Industri Obat dan Herbal yaitu, penelitian, produksi, dan proses bisnis.
“Mahasiswa dapat berkontribusi dalam ranah penelitian dengan melakukan inventarisasi tumbuhan obat, penelitian budidaya untuk tanaman-tanaman langka, teknik pengembangan tanaman introduksi dari daerah lain dengan memanfaatkan teknologi seperti greenhouse agar dapat menjaga stabilitas produksi bahan baku,” papar Bambang.
Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa praktik budidaya biofarmaka tergolong gampang-gampang susah karena bergantung pada karakteristik tanaman. Berdasarkan pengalaman Bambang bertahun-tahun meneliti dan mengembangkan tanaman Biofarmaka, ia menjumpai bahwa sebagian tanaman biofarmaka harus diperlakukan secara intensif untuk mendapat kulaitas senyawa aktif yang baik sebagai bahan baku obat tradisional.
Namun ada juga tanaman yang malah tidak bisa menghasilkan senyawa aktif saat diperlakukan istimewa, contohnya yaitu cabe jawa yang hanya dapat menghasilkan senyawa piperin saat kondisi tanaman stres.
Selain pada aspek budidaya, hal yang tidak kalah penting untuk diteliti yaitu aspek pasca panen. Penangan pasca panen biofarmaka merupakan hal yang cukup krusial dalam rantai produksi obat dan herbal. Pasalnya Industri berorientasi pada standar Good Agriculutural Practices (GAP) dan Good Handling Process (GHP).
“Fenomena-fenomena seperti ini yang harus dicari solusi pemecahannya, dan solusi tersebut dapat diperoleh dengan kolaborasi antara industri dan dunia pendidikan,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Hermawan selaku Dosen sekaligus Kepala Teaching Factory (TEFA) Polbangtan Yoma yang turut hadir dalam acara menyampaikan bahwa pihaknya siap menjalin kerjasama dengan Sidomuncul melalui kegiatan kerjasama Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
“Kami punya fasilitas kebun percobaan di Sempu yang memang didesain untuk mengembangkan tanaman Biofarmaka, lebih lanjut mungkin dapat dilakukan penjajakan kerjasama antara Polbangtan Yoma dan Sidomuncul untuk bersama-sama mengembangkan penelitian terkait dengan budidaya dan pengolahan Biofarmaka,” kata Hermawan.
Saat ini memang Polbangtan Yoma sedang menggencarkan kerjasama dengan DUDI guna mengembangkan pembelajaran melalui pendekatan Teaching Factory. Hal tersebut sesuai dengan mandat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menargetkan agar pendidikan vokasi pertanian dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dengan menerapkan pembelajaran yang komprehensif.
“Dibutuhkan metode pembelajaran pendidikan vokasi melalui pendekatan teaching factory (TEFA), yaitu menerapkan sistem pembelajaran yang dikembangkan semirip mungkin dengan dunia kerja dan dunia industri (DUDI),” tegas SYL.
Menindaklanjuti arahan tersebut, Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mendorong Polbangtan untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak guna meningkatkan kualitas pendidikan vokasi pertanian.
“Kita akan ‘menikahkan’ dunia usaha/ dunia industri (DUDI) dengan Pendidikan vokasi di lingkup Kementan,” ungkap Dedi.
Hingga akhir acara Kuliah Umum peserta terpantau sangat antusias, banyak mahasiswa yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap narasumber. Pada akhir pemaparan Bambang berpesan bahwa peluang pengembangan Biofarmaka masih terbuka sangat luas baik bagi mahasiswa maupun bagi lembaga pendidikan
“Pengembangan tanaman biofarmaka memang masih banyak tantangannya. Namun di lain sisi, biofarmaka mempunyai prospek untuk menghasilkan inovasi-inovasi baru yang dapat dipatenkan, dan ini saya rasa merupakan hal yang bagus untuk branding Polbangtan Yoma sebagai salah satu perguruan tinggi yang fokus pada pengembangan Biofarmaka,” tutup Bambang.