Ribuan petani dan penyuluh di DI Yogyakarta mengikuti program pelatihan yang digulirkan oleh Kementerian Pertanian RI, Kamis (12/8/2021) lalu.
Bambang Sudarmanto, Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa), yang memfasilitasi agenda tersebut, mengatakan, penyuluhan diikuti total 184.528 peserta dari DIY dan Jawa Tengah. Ia pun menjelaskan, Jawa Tengah menjadi daerah dengan jumlah peserta terbanyak yaitu 169.528 orang, yang mana 5.040 diantaranya adalah penyuluh di wilayah tersebut.
“Sedangkan untuk peserta dari DIY itu ada sekitar 15 ribu petani dan penyuluh yang ikut serta,” jelas Bambang.
Menurutnya, peserta pelatihan yang tersebar di berbagai kota, atau kabupaten tersebut mengikuti pelatihan virtual secara individu. Namun, terdapat beberapa peserta yang berkumpul di lokasi-lokasi BPP Kostratani setempat. “Ya, ada 543 BPP dan 30 P4S di Jawa Tengah, serta 56 BPP dan 20 P4S di Yogyakarta yang jadi titik kumpul petani dan penyuluh untuk mengikuti pelatihan ini. Semuanya tetap menerapkan protokol kesehatan ketat,” ujarnya.
Bambang berujar, pelatihan petani dan penyuluh tersebut, telah memasuki Gelombang yang ke-11. Kini, tema besar yang diangkat Kementan adalah, Kebijakan Pemupukan, serta Pendampingan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi yang hadir sebagai satu di antara narasmumber mengatakan, penguatan sektor pertanian lewat program peningkatan produktivitas terus dilakukan Kementan.
Di antaranya, dengan memaksimalkan petani sebagai pelaku utama untuk mengelola usaha pertaniannya dengan efisien.
“Meningkatkan daya saing produk adalah tugas kita bersama. Kuncinya, genjot produktivitas, menekan HPP, dan efisiensi. Efisiensi dalam segala aspek, baik biaya, waktu, maupun pemanfaatan sumberdaya seperti penggunaan pupuk,” terangnya.
Dedi pun mencontohkan, praktek efisiensi, satu diantaranya adalah melalui penggunaan pupuk yang harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi kesuburan tanah. “Petani tidak boleh boros pupuk, tidak benar bahwa penggunaan pupuk banyak-banyak dapat menjadikan hasil panen lebih tinggi,” ungkapnya.
“Penggunaan pupuk yang berlebihan mengakibatkan tanaman mudah roboh, mudah terserang hama penyakit, mencemari lingkungan, dan tidak efisien,” imbuh Kepala BPPSDMP Kementan tersebut.