Isu intoleransi dan anti kebinekaan yang berkembang ahir-ahir ini menjadi perhatian khusus bagi panitia halal-bi halal tahun ini. Terkait dengan hal itu pula panitia mengambil tema Merajut Ukhuwah Dalam Kebinekaan. Dalam sambutannya ketua panitia pelaksana Hasan Azhari pada acara halal bi halal yang diselenggarakan Kamis,(13/7) menyatakan bahwa keberagaman adalah sunatullah yang harus diterima dan hal tersebut semestinya digunakan sebagai ladang ibadah dalam rangka meningkatkan ukhuwah wathoniah dan insaniah.
Pelaksanaan yang bertepatan dengan hari kamis dimana seluruh pegawai menggunakan seragam formal kementerian pertanian tak mengurangi keakraban yang tampak diantara para undangan yang berasal dari instansi relasi dan para purna tugas serta mahasiswa.
Acara halal bi halal yang diselenggarakan di gedung serbaguna itu menghadirkan ustad M.Syafe’i Masykur selaku penceramah. Dalam tausiyah yang disampaikan sekitar 45 menit tersebut, ustad Syafe’i memberikan pandangan tentang kebinekaan yang diinginkan oleh Al-quran. Bahwa jauh sebelum Indonesia menganut azas kebinekaan, Al-Quran telah menyinggung tentang kebinekaan dalam surat Al-Hujurat:13 yang artinya “wahai manusia sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Maka sejatinya tujuan kebinekaan adalah “Lita’arofu” atau agar manusia saling mengenal satu dengan yang lain. Jika ahir-ahir ini fenomena sosial yang terjadi di masyarakat yang cenderung mengarah pada saling provokasi baik melalui media sosial maupun media visual, menurut ustad Syafe’i “kita itu harus jadi pemadam kebakaran, jangan menjadi penyulut kebakaran” paparnya. Lebih jauh Syafe’i menegaskan “Bahwa manusia itu tidak ada kata sepakatnya, maka jika kita berharap hanya pada manusia maka kita rugi”. [JKH] nr.team web