Bersama KWT Mahasiswa MBKM Polbangtan Produksi “JAMALI”, Fusion Drink Herbal Kaya Manfaat

Kreativitas olahan makanan, belakangan ini terus lahir dari para pelaku usaha pangan. Melalui sejumlah inovasi, mulai dari diversifikasi jenis hingga mengkombinasikan aneka bahan panganan atau sering disebut sebagai fusion food/ fusion drink membuat usaha pangan semakin semarak. Para pelaku usaha ini bahkan mampu menghasilkan produk yang mampu menembus segmen pasar tertentu.

Inovasi ini antara lain ditunjukan oleh Astiah, anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Sari Kabupaten Temanggung, yang juga menjadi salah satu tempat pelaksanaan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA). Astiah bersama dengan KWT Mekarsari mempunyai produk unggulan yaitu JAMALI, minuman herbal berbahan dasar utama campuran Jahe, Madu, dan Lidah Buaya. Fusion Drink kaya manfaat ini diklaim dapat membantu meredakan batuk, melegakan tenggorakan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan merawat kesehatan kulit.

Mukhamad Bagas Kurniawan, salah satu peserta MBKM di KWT Mekarsari menuturkan bahwa JAMALI ini lahir dilatarbelakangi dari keinginan Astiah untuk meningkatkan nilai produk bahan pangan yang ada di sekitarnya. “Saya rasa minuman olahan jahe sudah sangat banyak di pasaran ya, namun kombinasi jahe dengan lidah buaya sepertinya belum banyak. Nah inilah kejelian Bu Astiah dalam berkreasi dan berinovasi sehingga jahe dan lidah buaya ini bisa naik kelas,” tuturnya.

Dalam pembuatan JAMALI, sambung Bagas, kualitas bahan baku turut menjadi salah satu poin yang sangat diperhatikan, “Bahan baku yang bagus akan berpengaruh pada kualitas produk, jika kualitas produknya bagus makan akan berpengaruh juga pada tingkat kepercayaan konsumen,” imbuh Bagas.

Tidak hanya belajar mengenai proses pengolahan pangan saja, selama menjalani MBKM ini Bagas juga mempelajari tentang manajemen produksi dan pemasaran. “Melalui MBKM ini saya banyak sekali mendapat pelajar langsung, aplikasi-aplikasi langsung dari teori yang selama ini dipelajari di kampus. Di sini saya dapat melihat dan mempraktekan langsung bagaimana menyusun perencanaan produksi, manajemen persedian agar tidak terjadi kekosongan produk, hingga cara pemasarannya,” ungkapnya.

Rika Nalinda, Ketua Program Studi Agribisnis Hortikultura (Prodi AH) Polbangtan YOMA, pada keterangan terpisah menuturkan bahwa MBKM yang dilaksanakan di Polbangtan YOMA diarahkan untuk mengembang minat wirausaha mahasiswa dengan program belajar di luar kampus.

“Mahasiswa diarahkan untuk berkolaborasi dalam kegiatan-kegiatan di UMKM yang ditempati sehingga bisa belajar merancang perencanaan produksi hingga promosi usaha sebagai bagian dari pembelajaran MBKM Kewirausahaan ini,” jelas Rika.

Hal ini selaras dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa sektor pertanian harus dibuat menjadi lebih menarik serta menguntungkan. “Pertanian kita harus mandiri dan modern sehingga keluarga petani semakin sejahtera. Di samping itu, pertanian harus bisa menarik minat generasi muda sebagai profesi yang menjanjikan,” tegas Mentan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, juga menegaskan bahwa pangan adalah masalah yang sangat utama. “Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen. Tuntutannya adalah petani harus berinovasi. Buat terobosan agar hadir produk-produk baru,” paparnya.

Leave a Reply

Skip to content